Perkuliahan di kampus setiap semesternya terasa memberi warna yang berbeda, begitu juga di semester lima ada banyak dosen dan teman baru pastinya. Salah satu mata kuliah yang sering menjadi pembicaraan sebelumnya adalah budaya nusantara, kenapa? Menarik saja jika dilihat adanya penampilan pada beberapa pertemuannya. Jadi ceritanya begini, di mata kuliah ini mahasiswa akan mempresentasikan kebudayaan tertentu Indonesia lengkap dengan tradisi, pakaian adat, makanan, sampai pada pertunjukan kebudayaan fisiknya baik itu berupa tari, wayang, dan sejenisnya. Sehingga yang menarik adalah penampilannya yang tentunya belajar seadanya jika tidak ada orang dari etnisnya, tak kalah juga makanannya,hehe.
Pada kesempatan perkuliahan ini awal semester aku kebagian kebudayaan batak, dengan menggandeng orang batak asli (Andika Simarmata) dengan pd-nya presentasi dan menari-nari. Banyak yang bisa dipelajari dari kebudayaan ini, mulai dari filosofi hidup sampai dengan tradisinya terasa menarik sekali. Salah satu keyakinan etnis batak yang masih aku ingat jelas adalah filosofi gambar cicak di setiap rumahnya, dimana cicak yang bisa berjalan pada berbagai posisi baik mendatar maupun berbalik mengajarkan mereka bahwa orang batak harus bisa hidup dalam berbagai profesi, mulai dari pegawai kantoran sampai dengan tukang tambal ban sekalipun. Luar biasa, itu membuat aku berpikir lagi bahwasannya apa saja yang sudah bisa aku kerjakan saat ini masih jauh dari kondisi tersebut, setidaknya itu memacu semangatku untuk bisa lebih mengembangkan diri lagi.
Batak 1 |
Batak 2 |
Beranjak ke perkuliahan setelah tengah semester, sebagai mahasiswa yang berasal dari etnis bali aku tampil untuk menggawangi penampilan bali. Dengan pengetahunaku tentang beberapa hasil kesenian bali aku memilih untuk menampilkan tari kecak. Selain karena orangnya sudah sekitar 13an yang kurasa cukup juga kecak terlihat paling gampang. Dengan waktu latihan sebanyak 2 kali langsung tampil dan setidaknya dosen puas dengan penampilan yang aku bilang sederhana itu. Itu membuat aku semakin cinta akan kebudayaanku sendiri dan tentunya akan terus aku lestarikan dengan sekadar tahu dulu minimal meski sulit untuk menjadi seorang ahlinya,hehe.
Nari Sebagai Rahwana |
Setelah itu lanjut kebagian kebudayaan papua. Ini nih yang sangat menarik, setelah di awal menampilkan ujung barat, setelah itu tengah, sekarang ujung timur, mantaplah,haha. Persiapan dilakukan sebaik mungkin karena terus terang saja tidak ingin membuat dosen (Bu Susi) kecewa, dengan sesi latihan yang hanya 2 kali juga semuanya ditampilkan serapi mungkin dan dengan improvisasi yang bisa dibilang garing,hehe. Makanan khasnya yang ada papeda dll tidak bisa kami bawakan, tapi kami bawa minumannya, tahu apa? Sarab'ba. Apa itu? Kalau di bintaro dikenal dengan nama susu jahe,haha, jadi disana susu jahe di sebut sarab'ba, terkadang juga ditambahkan kuning telur ayam kampung daerah sana. Pakaiannya cukup dengan rumbai-rumbai tali rafia, dan tombaknya dari bambu yang udah kering di belakang student center dipotong-potong dan jadilah,haha.
Papua 1 |
Papua 2 |
Aku merasakan suatu hal yang sangat bagus dari pembelajaran budaya nusantara ini, selain karena nanti penempatan ke seluruh wilayah Indonesia, juga bisa mengerti pandangan-pandangan mereka dan tentunya mengerti mengapa bisa terjadi gesekan-gesekan kebudayaan dalam masyarakat kita, contohnya antara suku madura dan dayak. Kalau suku madura selalu kemana-mana membawa senjata, itu karena membawa senjata sudah menjadi kebudayaannya karena dengan begitu mereka merasa aman dan bagi mereka sudah wajar. Tapi, bagi etnis dayak, apabila ada orang yang membawa senjata itu adalah ancaman bagi mereka, itulah kiranya sedikit yang aku ketahui kenapa kedua etnis ini agak sulit dalam daerah yang sama, tetapi dengan mengerti maksud dari setiap kebudayaannya kita akan bisa lebih luwes mengerti karena pada dasarnya semua kebudayaannya itu niatnya baik.